Iseng-iseng saya bertanya ke beberapa teman mengenai
kemarau di Indonesia via Facebook dan SMS, dan inilah jawaban yang saya
kumpulkan:
Andre Septian
“Kemarau identik dengan meranggas”
Apriliani Laras Shinta
“Sesuatu
banget, banyak nyamuk”
Ardiansyah Indra Kumala
“Kemarau merupakan musim tidak adanya hujan, kekeringan
melanda beberapa tempat. Hutan banyak
terdapat tanaman kering yang menjadi ancaman kebakaran dan kabut asap.”
Ema Yuliani
“Sejak liputan kekeringan kemarin, saya jadi sangat
menghargai air bersih. krn kekeringan selalu mengingatkan saya tentang susahnya
warga di daerah kekeringan yg sulit dpt air bersih dan harus bayar mahal buat
sekadar minum dan masak saja.
Santi Pratidhina
“Sing jelas
karena musim kemarau yg tergolong lama jadi prihatin ma yg dilanda kekeringan.
Daerah timur we angel air bersih. Ditambah kekeringan. Kan jd semakin susah.”
Syamrotun Fuadiyah
Memperpanjang pipa air... *kayak yang dilakuin
bapakku tempo hari...:)
Aditya Wisnu Wicaksana
“Gak ada lagi banjir, tapi petani merugi.”
Muhammad Jundi Rois
“Petani gak tandur, produksi padi (contoh) kurang, Indonesia
barusan mengajukan perpanjangan impor beras dr vietnam 2 tahun ke depan, nasib
petani kedepan gimana?”
Eko Sugiarto
“Tidak beberapa tahun yang lalu dimana tiap anak
bebas menggelar festival layangan tiap sore.”
Kurniawan Arie
“Sumuk”
Nur Rochman
“Gagal Panen”
Yoga Prajanta
“Kemarau, Berkah atau Ujian ? :P”
Ajeng Dian Kartikasari
“Kekeringan yang dialami masyarakat namun tak pernah
ada solusi setiap tahunnya, pihak masyarakat dan pemerintah sama-sama menyalahkan.”
Taufan Yusuf Nugroho
“Kemarau adalah sebuah kisah klasik tentang cuaca di
negeri tropis ini, yang tak jarang menghampiri kehidupan masyarakat dikala
hujan tak kunjung turun. Kemarau banyak terjadi mesin pemompa air hanya
berdenging tanpa mengeluarkan air, tanah kering merekah hingga menjadi keras,
dan tanaman pun kering untuk enggan tumbuh dan hidup, serta menjadikan risau
para petani negeri hingga menyebabkan gagal panen.”
Suryo Wahyanto
“Mencoba menyikapinya dengan kesadaran masyarakat
kalau itu kehendak alam.”
Maulana Surya Tri Utama
“Kemarau ajang bersyukur dan mengingat akan pentingnya
air buat kehidupan.”
Alina Dewi
“Parah dan makin parah, lama2 kita hanya punya satu
musim.”
Stefanus Donatumar
“Gagal panen ga iso bayar sekolah anak. Terpaksa
golek utangan. Kehidupan petani sangat terjepit pada musim kemarau.”
Sigit Rilo Pambudi
“Kemarau Indonesia sangat mengganggu, terutama
ketersediaan air di kos yang akhir-akhir ini agak kurang lancar.”
Leila Rahma
“No idea, tapi aku heran kenapa kalau kamarau di
Indonesia bisa sampai gak ada air dan kondisi itu merata di berbagai daerah,
padahal daerah resapan air juga masih luas.”
Riski Kusumasari
Dampak pemanasan global itu, karena panas yang
sangat maka suhu di bumi meningkat drastis tanpa disertai upaya penghijauan.”
Dhimas Aryo Sekti Lanang
“Ntar pas mau kiamat gak ada setetespun air yang jatuh
ke
bumi.”
Ranggahita Intan Puri Janestri
“Kemarau yang tidak jelas waktunya,datang dan pergi
sesuka hati. Menebar gatal-gatal di kulit, karena alergi. Kalo kata ibuk2 di Jawa
sama anaknya, semacam "keringet buntet", selalu ingin mandi, tapi air
pun kering berhari2. Sehari hanya mengalir pada jam2 tertentu. Gerah. Susah. Tapi
kita harus mengalah pada kemarau,karena penyebab kemarau yang tak tentu ini adalah
kita juga. Umat manusia. Yahhh.”
Nanda Bagus
“Jawaban alam atas ketamakan manusia.”
Faka Yudhistira
“Musim kemarau di
Indonesia terlalu lama, kasihan petani.”
Akhir-akhir ini, saat di jalan, saya sering melihat
pepohonan yang daunnya berguguran. Hahaha, jadi ingat pelajaran IPS waktu SD,
kalau tidak salah, seorang guru pernah bilang, "daun-daun berguguran untuk
mengurangi penguapan dan beradaptasi dengan musim kemarau ".
Satu dua kali saya anggap biasa, tapi lama kelamaan
saya tertarik dengan pepohonan tersebut. Iseng-iseng saja saya sempatin untuk
menghentikan laju sepeda motor dan memotretnya. Kalau tidak salah, pertama kali
memotretnya saat perjalanan menuju Tawangmangu, bersama beberapa teman kuliah
bulan Mei silam.Saya pun tidak memikirkan untuk apa fotonya nanti.
Begitu juga waktu saya jalan-jalan ke daerah
Wonogiri, Purworejo, Temanggung, Gunung Kidul, Boyolali, dan Kulon Progo, saya
seketika berhenti untuk memotret pohon yang daunnya meranggas. Selanjutnya,
saya mengumpulkan foto-foto tersebut, dan menurut saya menarik juga ketika
dikumpulin.
Dampak kemarau memang tidak hanya daun yang
meranggas. Di beberapa daerah yang saya kunjungi seperti Wonogiri dan Gunung
Kidul, banyak telaga yang volume airnya menurun drastis, bahkan sampai kering
dengan tanah retak-retak seperti sawah dan ladang di sekitarnya. Saya juga
melihat fenomena gerombolan ibu-ibu berbondong-bondong menuju telaga yang masih
ada airnya dengan membawa jerigen dan ember berisi pakaian kotor. Ibu-ibu
hendak mencuci dan mandi di telaga, juga di tempat-tempat penampungan air yang
disediakan pemerintah. Beberapa media juga memberitakan musim kemarau
mengakibatkan kebakaran hutan dan meluasnya penyakit seperti diare dan infeksi
pernapasan.
Kemarau memang membawa banyak dampak, semoga tetap
menjadikan berkah.
2 komentar:
mari memperpanjang pipa... seperti sebagian yang lain memperpanjang antiran ember air bersih, seperti pohon memperpanjang akarnya...
begitulah orang bertahan. dari waktu ke waktu dalam waktu ke lama.
sambil mencuri ilmu pohon, kita masih akan tetap bertahan puluhan tahun kedepan kok... kita biasa tertempa kemarau dan terguyur hujan. nikmati dan syukuri.
sekali lagi cuma bisa bilang
FOTONYA CANTIK!!!
selalu ada yang berubah Herka. seperti dari hujan ke panas, siang ke malam. mungkin harus ada kemarau panjang setelah banjir yang pernah menjadi trauma sodara2 kita di luar jawa.
every things can be the cure of every pain. take the possitive
Posting Komentar