Main Menu

Di Gerbong 4 Kereta Rakyat





Pok Ame Ame
Belalang kupu-kupu
Siang makan nasi
Kalau malam minum susu

Pok Ame Ame
Belalang kupu-kupu
Tepok Lupi pandai
Diupah air susu

Sambil bernyanyi, Ibu Sumini menggerakkan kedua tangan Lupi seakan mengajak cucunya bernyanyi di sambungan gerbong Kereta Api Ekonomi Brantas Jakarta-Kediri. Dahinya mulai kerut. Bergantian pula dengan Muh. Ali mengggerakkan kipas seraya tak ingin cucunya kepanasan. Sesekali, dilihatnya suasana luar kereta yang belum petang itu.

Ceritanya, Ibu Sumini bersama suaminya Muh. Ali menjemput cucunya pulang ke kampung halamannya, Nganjuk, Jawa Timur. Lupi, yang usianya belum genap satu tahun harus berpisah dengan kedua orang tuanya yang mengadu nasib di Jakarta. Sumini dan Muh. Ali yang sebenarnya tinggal menikmati hidup di masa tuanya harus mengasuh Lupi. “Bapak ibune sedino kerjo mas, ra ono wektu ngrumat Lupi (bapak ibunya seharian kerja mas, tidak ada waktu merawat Lupi” kata Bu Sumini ketika saya tanya. Seketika saya berpikiran, mungkin seandainya Lupi bisa berbicara, ia tidak ingin anak sekecil itu harus berpisah dengan orang tuanya.





Itu salah satu cerita yang saya dapat saat kembali dari Jakarta ke Solo beberapa waktu lalu. Saat berangkat, saya bertemu dengen Keluarga Besar Marto Suharjo. Ya, memang besar menurut saya, 11 kursi mereka beli untuk pulang ke Jakarta Barat. Bersama anak, cucu dan beberapa sanak saudaranya mereka berkunjung ke Klaten. “Bapak yang tinggal di Delanggu, Klaten berangkat haji” kata Ibu Sumarto yang mengenakan jilbab abu-abu tersebut. 





Di Gerbong 4 Kereta Rakyat adalah lagu yang dinyanyikan Alm. Franky Sahilatua, salah satu penyanyi favorit saya. Sedikit kutipan liriknya:
Penumpang penuh bayi-bayi menangis
Penjual makanan selalu berteriak
Aku duduk dekat di sebelah jendela

Beberapa waktu memang saya melakukan perjalanan Solo-Jakarta PP dengann Kereta Ekonomi. Banyak orang menyebutnya kereta rakyat. Ya memang merakyat, tarifnya juga cuma Rp 37.000,-. Selain itu, pemandangan di dalamnya menurut saya sangat khas, salah satunya wara-wiri penjual di sepanjang perjalanan yang setia menawarkan dagangannya. 





Harusnya, kereta rakyat ini walaupun tarifnya murah tetap harus nyaman dan aman. Saat ini, memang kereta ekonomi terlihat lebih nyaman karena PT KAI hanya menjual tiket kereta sesuai dengan jumlah tempat duduk yang ada dalam rangkaian gerbong sejak 1 Oktober lalu. Aturan ini berlaku untuk semua kelas kereta, baik eksekutif, bisnis, maupun ekonomi. Namun, perjalanannya yang lama, banyak penumpang yang sering mengeluh pegal-pegal karena jarak tempat duduknya yang relatif sempit. Selain itu, udara yang panas di dalam membuat penumbang sering mengeluh kepanasan dan akhirnya ada dari mereka yang memilih meninggalkan tempat duduknya untuk tidur di sambungan gerbong.

Dari dua keluarga yang saya saat menggunakan Kereta Ekonomi tersebut, keduanya berujung pada sebuah perpisahan. Namun, pada akhirnya tidak akan ada yang menyedihkan dari kepergian. Karena, setiap orang akan pergi setiap hari.

_Terimakasih Syamrotun Fuadiyah atas sharingnya_




1 komentar:

Danang D. Cahyadi mengatakan...

Foto nomer 7 mantep Her!

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.